Oleh Nur Afriliani Meliana |
Gudeg merupakan masakan tradisional Jawa yang berasal dari Yogyakarta dan Jawa Tengah. Jogeaters pasti sudah tahu kan kalau gudeg adalah makanan khas Yogyakarta? Hal ini sudah tak aneh lagi karena makanan yang satu ini memang sudah lama sekali dikenal oleh masyarakat Yogyakarta. Gudeg sendiri berbahan dasar dari nangka muda mentah (gori). Proses pembuatannya juga cukup mudah loh jogeaters, pertama siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, kemudian rebus gori selama beberapa jam dengan gula aren beserta santan dan rempah-rempah tambahan, termasuk bawang putih, bawang merah, kemiri, biji ketumbar, lengkuas, daun salam, dan daun jati. Gula aren dan rempah-rempah inilah yang memberikan warna coklat kemerahan pada gudeg. Dengan berbagai campuran bumbu tersebut, gudeg menjadi terasa manis dilidah dan memiliki rasa yang khas, pastinya sesuai dengan selera masyarakat Jawa pada umumnya.
Produk Gudeg |
Gudeg dianggap sebagai makanan vegetarian karena hanya terdiri dari beberapa bahan, yaitu nangka mentah dan santan. Pada penyajiannya, gudeg biasa dilengkapi dengan nasi putih, ayam, telur rebus, tahu atau tempe, dan rebusan yang terbuat dari kulit sapi segar atau lebih dikenal dengan nama sambal goreng krecek. Ada beberapa jenis Gudeg yang dikenal saat ini yaitu jenis Gudeg kering dan Gudeg basah. Gudeg kering hanya memiliki sedikit santan sementara Gudeg basah mencakup lebih banyak susu kelapa atau santan. Jenis-jenis Gudeg tersebut juga mempengaruhi rasa yang dimiliki oleh Gudeg. Meskipun biasanya manis, Gudeg kadang juga memiliki rasa yang pedas seperti yang terdapat pada wilayah Jawa Timur. Kalau jogeaters lebih selera yang mana?
Dahulu, Gudeg yang dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta ini hanyalah Gudeg Basah. Namun seiring perkembangan zaman, kebutuhan Gudeg untuk oleh-oleh yang semakin berkembang juga seirama dengan munculnya Gudeg kering. Gudeg kering baru ditemukan sekitar enam dasawarsa yang lalu. Sifatnya yang kering membuat gudeg tersebut tahan lama dan sering dimanfaatkan sebagai oleh-oleh yang tentu saja berdampak dengan munculnya industri rumahan yang menyajikan oleh-oleh Gudeg khas Yogyakarta.
Makanan khas ini awalnya merupakan makanan yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat biasa saja. Untuk menyiasati kebutuhan makan masyarakat yang kebanyakan adalah para pekerja, mereka membuat makanan dari nangka muda itu. Pemilihan Nangka muda, didasari oleh pertimbangan mudah didapat. Karena jumlah nangka tersebut banyak, dimasaklah dalam porsi yang besar. Dalam memasak nangka tersebut, para pekerja menggunakan alat pengaduk berupa alat menyerupai dayung perahu. Teknik mengaduk tersebut dalam bahasa Jawa disebut hangudek atau hangudeg. Akhirnya dari situlah nama gudeg berasal.
Ada yang beranggapan bahwa sejarah gudeg di Yogyakarta dimulai bersamaan dengan dibangunnya kerajaan Mataram Islam di alas Mentaok yang ada di daerah Kotagede pada sekitar tahun 1500-an. Gudeg sejatinya bukan berasal dari kerajaan tapi berasal dari masyarakat. Dikarenakan proses memasaknya yang lama, pada abad 19 belum banyak yang berjualan gudeg. Gudeg mulai populer dan banyak diperdagangkan pada tahun 1940-an saat Presiden Sukarno membangun Universitas Gadjah Mada (UGM) hingga sekarang.
Hingga saat ini, belum diketahui secara jelas tentang sejarah Gudeg. Beberapa pandangan mengkaitkan Gudeg sebagai makanan dari Kraton Yogyakarta, sementara lainnya berpandangan bahwa Gudeg telah lama ada sejak penyerbuan pertama ke Batavia pada 1726-1728 oleh pasukan Sultan Agung yang tercatat dalam sejarah meski belum dapat dibuktikan kebenarannya. Namun dalam berbagai kesimpulan mengenai sejarah Gudeg dapat disimpulkan bahwa Gudeg adalah makanan Masyarakat zaman dulu karena bahan bakunya yaitu nangka muda mudah untuk ditemukan di pekarangan sekitar rumah warga. Nangka tersebut kemudian diolah dan dikembangkan sehingga menjadi Gudeg makanan khas masyarakat Yogyakarta sampai saat ini.
0 comments